PENGENDALIAN HAMA, PATOGEN & GULMA PADA TANAMAN CABAI
Beberapa jenis hama dan patogen tanaman cabai dapat menggagalkan panen sama sekali. Tanaman cabai yang bebas dari hama atau patogen (penyebab penyakit) dapat menghasilkan buah 0,2-1,0 kg buah cabai. Tanaman yang terserang virus keriting yang ditularkan oleh beberapa serangga hama tidak akan menghasilkan buah sama sekali. Oleh sebab itu, kita harus mencegah serangan hama atau patogen tersebut sedini mungkin. Untuk mengendalikan gulma, biasanya dilakukan secara bersamaan dengan pembumbunan tanah dan pemupukan karena tidak ada gulma yang membahayakan tanaman cabai.
Jenis-jenis hama penting yang menyerang tanaman cabai adalah penyakit bercak daun (cercospora), penyakit busuk daun (phythoptora), penyakit busuk akar (fusarium dan phytium), penyakit busuk buah (collettricum), dan penyakit keriting atau mosaik (virus keriting atau mosaik).1. Trips (Trips tabacci)
Trips tabacci dikenal dengan nama urnum onion trips atau trips bawang. Serangan hama ini bersifat kosmopolit (tersebar luas hampir di seluruh dunia), dan polybag (mempunyai tanaman inang yang banyak). Selain menyerang tanaman cabai, trips juga menyerang tanaman bawang merah, tembakau, waluh, bayam, kentang, kapas, dan tanaman family Cruciferae. Trips merupakan salah satu vektor penyakit virus keriting pada cabai. Trips biasanya me- makan bagian permukaan bawah daun dengan menggunakan alat mulut yang telah mengaiami modifikasi menjadi penusuk pengisap. Daun- daun yang diisap cairannya terlihat bercak-bercak putih perak karena ruang yang kosong pada sel tersebut dirnasuki udara. Kemudian, bercak ini akan menjadi cokelat dan mati. Helaian daun dan pucuk akan mengering.
Serangga dewasa berukuran kurang lebih 1,0 mm dan warnanya kuning pucat, CokeIat, atau hitam, biasanya berwarna lebih gelap pada suhu yang lebih rendah. Serangga jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua sayap yang berumbai. Pada musim kemarau jumlah populasi meningkat dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. IJmur serangga dapat mencapai 20 hari. Telur trips berbentuk opal atau seperti ginjal dan jumlahnya rata-rata 80 butir. Telur-telur tersebut diletakkan terpisah. Pada perubahan musim tersebut populasi telur trips sangat rendah. Pengendalian secara kimiawi pada hama ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan bahan- bahan insektisida dirnetoad, porma tanad, dan hidroklorida, yang bahan racunnya bersifat racun kontak atau sistemik.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Spodoptera litura sering disebut juga prodenia litura. Hama ini di kalangan petani dikenal dengan nama ulat tentara/ulat grayak (tobacco caterpillar, common cutworm, army worm). Ulat grayak termasuk famili Noctuidae, ordo lepidoptera; hama ini bersifat polyfag. Selain menyerang tanaman cabai, hama ini juga menyerang tembakau, padi, tomat, kentang, bawang merah, pisang, pepaya, kedelai, kacang tanah, dan jeruk. Ulat grayak yang masih berupa larva atau ulat muda menyerang epidermis daun bagian bawah, tetapi setelah mendekati instar akhir, yang di serang adalah seluruh bagian daun, ranting, batang muda, bunga, dan buah tanaman. Telur diletakkan di permukaan atas atau bagian bawah daun dalam kelompok yang berbeda-beda jumlahnya, yaitu antara 100-1.600 butir dan ditutup dengan bulu yang berasal dari abdomen belakang kupu-kupu betina. Warna telurnya putih kekuning-kuningan, dan pada waktu akan menetas berubah warna menjadi hitam.
Ulat yang baru menetas berwarna hijau dengan bintik hitam pada kedua Sisi dan ruas abdomen pertama sampai terakhir. Ulat dapat mencapai 30-50 mm panjangnya. Stadia ulat lamanya berkisar 13-19 hari. Pupa serangga ini berada di bawah tanah, lama stadia pupa antara 6-10 hari. Serangga dewasa ini berwarna cokelat muda yang panjangnyasekitar 30-40 mm. Siklus hidupnya di selesaikan kira-kira dalam waktu 30 hari. Usaha pengendalian hama ini meliputi penggunaan lampu perangkap terhadap imago dan menyiangi rumput. Di sekitar pertanaman cabai sering digunakan sebagai tempat persernbunyian ulat. Insektisida yang dapat digunakan sebagai alat antara lain diazinon, delta methrin, dan insektisida lain yang bersifat racun perut.
Kutu daun mempunyai nama unnum melon aphid dan cotton aphid. Selain menyerang tanarnan cabai, serangga hama ini juga menyerang tanarnan Cucurbitaceae (mentimun, melon, paria, dan blewah), kapas, jeruk, kopi, cokelat, kentang, serta jenis tanaman kacang-kacangan. Kutu daun biasanya mengisap cairan dalam jaringan tanaman pada bagian-bagian yang lunak sehingga tanaman akan menjadi kenting, layu, atau membentuk puru. Pada mustm kernarau, tanaman yang terserang kutu daun ini sering mati karena kehabisan cairan.
Di daerah, seperti di Indonesia, kutu daun berkembang biak secara partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam tubuh induknya tanpa pertu adanya pembuahan dari serangga jantan. Nimfa yang dilahirkan dari induknya akan menjadi dewasa dalam waktu satu minggu dan telah siap untuk melahirkan generasi bam. Jika populasinya cukup tinggi, sebagian nimfa akan segera menjadi imago yang bersayap sehingga akan mempercepat penyebaran populasi. Usaha pengendalian kutu ini meliputi berbagai cara, yaitu pemupukan yang seimbang, pernangkasan daun terserang, pengaturan larak tanam, penggunaan insektisida dengan bahan aktif endosulfan, dimetoat, atau insektisida lain yang bersifat racun kontak yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Pengendalian secara biologis terhadap hama ini belum pernah di lakukan. Akan tetapi, secara ilmiah, kutu daun ini sering dirnakan oleh predator seperti belalang sembah 9 (Mantis sp), kutu tempurung predator (Coccinella), dan laba-laba.